Hal itu disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu (30/9) sebagai balasan atas laporan Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (28/9).
Dalam laporannya, Deplu AS mengatakan China memanipulasi media global melalui sensor, pengumpulan data, dan pembelian rahasia outlet berita asing, seperti dimuat
Reuters.
Meski begitu, Deplu AS mencatat kampanye ini gagal ketika menargetkan negara-negara demokratis, karena adanya penolakan dari media lokal dan masyarakat sipil.
Laporan tersebut kemudian dikecam oleh Kemlu China, dengan menyebutnya telah mengabaikan fakta dan merupakan informasi palsu.
"Badan-badan Departemen Luar Negeri AS yang menghasilkan laporan tersebut adalah sumber informasi palsu dan pos komando ‘perang kognitif’,” kata Kemlu China.
“Fakta telah berulang kali membuktikan bahwa Amerika Serikat adalah ‘kerajaan kebohongan’ yang sebenarnya,” tambahnya.
Laporan AS ini muncul di tengah kontroversi mengenai upaya China dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan jejak global media yang dikendalikan pemerintah. Beijing berupaya melawan citra negatif China yang disebarkan oleh media global.
BERITA TERKAIT: