Perundingan tersebut kembali dilanjutkan setelah sebulan lalu kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan, akibat perbedaan akses produk pertanian Australia, terutama daging sapi, ke pasar Uni Eropa, yang membuat Canberra membatalkan penandatanganan itu.
Berdasarkan laporan yang dimuat
Reuters, Australia ingin mengamankan akses yang lebih besar untuk produk-produknya seperti daging domba, produk susu, dan anggur, yang saat ini masih dikenakan tarif dan kuota yang membatasi akses pasar.
Saat ini, kedua belah pihak tengah berusaha untuk mendiversifikasi jalur perdagangan mereka, di tengah kondisi aliran dana UE yang terkena dampak konflik Rusia dan Ukraina, dan Australia yang tengah menghadapi penurunan ekspor karena mitra dagang utamanya, China telah membatasi impor sejumlah produk pertanian, karena perselisihan politik pada 2020 lalu.
Dalam wawancaranya dengan Reuters pada pekan lalu, Mendag Farrell menyatakan harapannya bahwa UE akan mengajukan tawaran yang lebih baik dalam pertemuan berikutnya.
"Kami menginginkan investasi dari Eropa. Namun, mereka harus memahami bahwa sebagai bagian dari proses tersebut, mereka harus memberikan penawaran yang realistis," ujarnya.
Dalam wawancara tersebut, menurut Farrell, perjanjian perdagangan bebas akan mempermudah investasi Uni Eropa di sektor mineral penting yang sedang berkembang di Australia, dengan menyederhanakan proses akses melalui Badan Peninjau Investasi Asing (FIRB).
Australia memiliki peran penting dalam pasokan dunia untuk litium dan mineral lainnya yang digunakan dalam baterai mobil listrik dan industri pertahanan. Ini juga merupakan respons terhadap upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok dalam rantai pasokan mineral.
BERITA TERKAIT: