Dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada Senin (28/8), Gou mengumumkan pencalonannya sambil mengkritik Partai Progresif Demokratik (DPP) yang saat ini berkuasa.
Menurut pandangannya, kebijakan DPP saat ini telah membawa Taiwan dalam risiko perang dengan China, yang mengklaim pulau tersebut sebagai bagian dari wilayahnya.
Ia juga menilai, Taiwan membutuhkan pendekatan baru terhadap perekonomian dan masalah lain di dalam negeri. Pasalnya kebijakan Taiwan sejauh ini telah memiliki banyak kesalahan, sehingga menimbulkan kesulitan, khususnya bagi industri.
“Beri saya waktu empat tahun dan saya berjanji akan membawa perdamaian selama 50 tahun di Selat Taiwan dan membangun landasan terdalam bagi rasa saling percaya di selat itu,” katanya., seperti dimuat
TRT World.
Gou yang dikenal sebagai tokoh bisnis sukses menegaskan bahwa era kekuasaan pengusaha telah dimulai. Ia mengisyaratkan keyakinannya dalam peran sektor swasta dalam merumuskan langkah-langkah baru untuk Taiwan.
Sebelum ditetapkan menjadi kandidat independen, Gou harus lebih dulu mengumpulkan hampir 300 ribu tanda tangan pemilih hingga 2 November, yang akan diumumkan hasilnya pada 14 November mendatang.
Gou telah sejak lama mengejar ambisinya untuk menjadi presiden Taiwan, dan pernah mencalonkan diri dalam pemilu 2019, tetapi kalah dalam pertarungan melawan Tsai Ing-wen dari DPP.
Meski awalnya miliarder itu berupaya untuk menjadi kandidat kembali dengan bergabung bersama Kuomintang (KMT), partai oposisi yang lebih mendekatkan diri kepada China, namun Gou kini akhirnya memilih untuk mencalonkan diri sebagai kandidat independen setelah KMT memilih Walikota Kota New Taipei, Hou Yu-ih, sebagai kandidat resmi mereka.
BERITA TERKAIT: