Pihak berwenang telah mengerahkan lebih dari 100 ribu polisi dan tentara untuk melindungi pemungutan suara dari lebih banyak kekerasan.
Krisis keamanan membuat beberapa warga mengatakan tidak akan meninggalkan rumah untuk memberikan suara meski harus mendapat denda.
"Menurut saya pemilu tidak akan mengubah apapun. Bahkan politisi pun tidak aman," kata seorang apoteker, Leidy Aguirre, seperti dimuat
Associated Press.
Pada 9 Agustus lalu, capres Fernando Villavicencio dibunuh ketika meninggalkan lokasi kampanye di Quito. Pembunuhan Villavicencio adalah yang ketiga dan paling menonjol dalam serangkaian pembunuhan para pemimpin politik tahun ini.
Pembunuhan itu meningkatkan ketakutan orang untuk menghabiskan waktu di luar rumah dan menjadi korban perampokan, penculikan, pemerasan, pembunuhan atau kejahatan lain yang telah menjadi hal biasa.
Pemilu diadakan setelah Presiden Guillermo Lasso membubarkan Majelis Nasional melalui keputusan pada bulan Mei untuk menghindari pemakzulan.
BERITA TERKAIT: