Di hadapan anggota parlemen Brasil, Degatti mengatakan dirinya pernah diberikan cek kosong untuk membayar jasa peretasannya.
"Saya diminta mengambil salah satu mesin pemungutan suara, memasang aplikasi saya di sana dan menunjukkan kepada penduduk bahwa hasil dari mesin itu bisa dimanipulasi oleh orang seperti saya," ungkapnya, seperti dimuat
The Star pada Jumat (18/8).
Delgatti bertemu pertama kali dengan Bolsonaro melalui anggota parlemen sayap kanan Carla Zambelli, yang membayarnya 40.000 reais atau Rp 122 juta. Tetapi dia bersumpah tidak pernah berhasil meretas mesin pemungutan suara seperti yang diminta Bolsonaro.
Kesaksian itu muncul setelah pengadilan pemilu menyatakan Bolsonaro tidak memenuhi syarat mencalonkan diri kembali hingga 2030 karena menyalahgunakan kekuasaan kepresidenannya untuk merusak kepercayaan pada sistem pemilu Brasil.
Dalam sebuah wawancara dengan penyiar lokal Jovem Pan, Bolsonaro menolak tuduhan peretasan, tetapi mengakui pernah bertemu langsung dengan Delgatti.
"Ada pertemuan dan saya mengirimnya ke kementerian pertahanan untuk berbicara dengan teknisi. Dia ada di sana dan masalah mereda," kata Bolsonaro.
Pengacara Bolsonaro kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Delgatti memberikan informasi palsu dalam kesaksiannya.
"Apa yang diutarakan tidak disertai bukti apa pun dan ini termasuk perbuatan fitnah," tegasnya.
Bolsonaro kalah tipis dalam pemilihan tahun lalu dari Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, dan tidak pernah mengakui kekalahannya. Dia tetap mempertahankan argumennya sejak kampanye bahwa sistem pemungutan suara rentan terhadap penipuan.
Sempat mengasingkan diri selama berbulan-bulan Amerika Serikat, Bolsonaro menghadapi beberapa penyelidikan atas serangannya terhadap sistem pemungutan suara dan diduga berperan mendorong massa menyerbu gedung-gedung pemerintah seminggu setelah Lula menjabat.
BERITA TERKAIT: