Berdasarkan laporan yang dimuat
NTD News, Selasa (15/8), tim FBI kini telah berbicara dengan polisi Ekuador, dan akan menemui jaksa penuntut umum untuk membahas penyelidikan yang tengah berlangsung.
Tindakan tersebut dilakukan setelah Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, meminta FBI untuk menyelidiki kasus penembakan yang terjadi terhadap Villavicencio.
Melalui platform media sosial X, asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Belahan Barat, Brian Nichols, sebelumnya mengutuk kasus pembunuhan tersebut dan menawarkan bantuannya kepada pihak berwenang Ekuador.
“Pembunuhan calon presiden Villavicencio, penentang terang-terangan kejahatan terorganisir adalah serangan berani terhadap demokrasi dan supremasi hukum. Kami mendesak penyelidikan yang cepat dan menyeluruh oleh pihak yang berwenang dan menawarkan dukungan kami," kata Nichols, pada 10 Agustus lalu.
Capres Villavicencio dari partai Construye yang berusia 59 tahun, yang dikenal sebagai pemberantas korupsi yang tegas, meninggalkan rapat umum kampanye di sebuah stadion sekolah ketika dia ditembak mati oleh seorang pria bersenjata.
Insiden tersebut terjadi hanya beberapa hari sebelum pemilihan presiden Ekuador yang dijadwalkan pada 20 Agustus mendatang.
Pelaku penembakan dilaporkan tewas di tempat kejadian, sementara enam tersangka yang merupakan warga negara Kolombia, yang dicurigai sebagai otak pembunuhan tersebut telah ditangkap oleh otoritas Ekuador.
BERITA TERKAIT: