Begitu yang disampaikan Direktur Kementerian Kesejahteraan Sosial Myanmar Lay Shwe Zin Oo dalam sebuah pernyataan pada Jumat (11/8).
Menurut penuturan Zin Oo, bencana itu disebabkan oleh hujan munson yang melanda Myanmar dalam beberapa minggu terakhir.
Negara bagian Rakhine yang sempat menjadi korban Topan Mocha Mei lalu, saat ini sebagian besar desa dan lahan pertaniannya juga ikut terendam banjir.
Tetapi daerah yang paling terdampak parah terletak di Bago, wilayah Timur Laut Myanmar. Beberapa warga telah dievakuasi dari sana karena debit air yang terus naik.
"Tahun ini banjir di Bago adalah yang terparah. Bahkan banyak warga berebut membeli perahu untuk bertahan di tengah banjir," ungkap salah seorang warga bernama Soe Min Aung, seperti dimuat AFP.
Mereka dievakuasi ke biara Bago, lebih dari 870 orang berdesakan di tempat tersebut dan menerima makanan dari para Biksu.
Pemerintah mengaku telah memberikan barang-barang yang diperlukan untuk didistribusikan ke kamp-kamp sementara.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan memperkirakan sekitar 50.000 warga Myanmar telah terkena dampak hujan monsun yang deras dan naiknya sungai dan anak sungai sejak awal Agustus.
Banjir sebenarnya dimulai pada akhir Juli dan telah mempengaruhi sembilan negara bagian dan wilayah negara itu, termasuk Rakhine, Kachin, Karen, Mon, dan Chin.
BERITA TERKAIT: