Ingmars Lidaka, ketua komite parlemen untuk kewarganegaraan dan migrasi, mengatakan pada Jumat (4/8) bahwa pemerintah di Riga akan mengirimkan pemberitahuan resmi bulan depan kepada hampir 6.000 orang dengan etnis Rusia, bahwa mereka memiliki waktu 90 hari untuk meninggalkan negara itu.
“Ada 5.000 hingga 6.000 dari mereka. Mereka adalah orang-orang yang belum menunjukkan keinginan, baik untuk mengikuti ujian maupun untuk mendapatkan izin tinggal sementara. Mereka diam,” kata Lidaka, seperti dikutip dari
RT Sabtu (5/8).
Kementerian Dalam Negeri Latvia mengkonfirmasi bahwa pemberitahuan saat ini sedang disiapkan, dan akan dikirim pada bulan September ke sekitar 6.000 orang Rusia.
Tahun lalu, setelah permusuhan di Ukraina meningkat, Riga memberlakukan persyaratan bagi warga negara Rusia yang ingin tinggal di Latvia untuk mengikuti dan lulus tes bahasa Latvia.
Etnis Rusia membentuk sekitar seperempat dari 1,8 juta penduduk negara Baltik itu, dan telah ditolak kewarganegaraan Latvia sejak Riga mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991.
Presiden saat itu Egils Levits berpendapat pada Agustus lalu bahwa etnis Rusia yang dicurigai tidak setia kepada Latvia harus dikucilkan dari masyarakat, mengutip konflik Ukraina.
Namun, pada 2021, Levits secara terbuka berbicara tentang rencana untuk mempromosikan “Latvianisme” dalam bahasa dan budaya untuk menjadikannya dominan pada tahun 2030.
September lalu, sekitar 100 aktivis di Riga memprotes undang-undang pendidikan yang akan diberlakukan, di mana pemerintah akan menghapus bahasa Rusia dari semua sekolah.
BERITA TERKAIT: