Meski memiliki hubungan yang tegang dengan Turkiye karena sengketa wilayah, kedua negara Uni Eropa itu tetap merespons positif upaya normalisasi.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (31/7), Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mendukung pemulihan hubungan Uni Eropa-Turkiye, tetapi menekankan bahwa prosesnya harus dilakukan secara bertahap dan bukan tanpa syarat.
“Dua kata ini harus membimbing kita. Kami bisa optimis, tapi kami tidak naif,” tegasnya, seperti dimuat
Arab News.
Sementara itu, Presiden Siprus Nikos Christodoulides mengatakan agenda positif antara Uni Eropa dengan Turkiye juga menyiratkan kabar baik bagi pemulihan hubungan Ankara dan negaranya.
“Sangat penting bahwa mitra UE kami juga memiliki pandangan yang sama,” ujarnya.
Juli lalu, para Menteri Luar Negeri UE mengatakan siap untuk terlibat kembali dengan Turkiye, tetapi masih belum mau membahas tindak lanjut pengajuan keanggotaan.
Turkiye telah menjadi kandidat untuk keanggotaan UE selama lebih dari dua dekade, tetapi pembicaraan terhenti pada tahun 2016 karena kekhawatiran blok tersebut terhadap supremasi hukum dan hak asasi manusia di Ankara.
Konflik berkepanjangan antara etnis mayoritas Yunani dan etnis minoritas Turki di wilayah Siprus telah menyebabkan hubungan yang tidak harmonis antara keduanya.
Hal itu juga yang membuat Turkiye sulit diterima menjadi anggota Uni Eropa.
BERITA TERKAIT: