Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penerjemah Afghanistan yang Melarikan Diri dari Taliban Ditembak Mati di Washington

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Jumat, 07 Juli 2023, 17:49 WIB
Penerjemah Afghanistan yang Melarikan Diri dari Taliban Ditembak Mati di Washington
Penerjemah Afghanistan untuk tantara Amerika Serikat, Nasrat Ahmadyar/Net
rmol news logo Seorang penerjemah Afghanistan, yang bekerja untuk tentara Amerika Serikat dan melarikan diri dari pemerintahan Taliban baru-baru ini, ditembak mati saat bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan transportasi berbagi tumpangan di Washington DC.

Rekaman CCTV yang diambil di dekat lokasi kejadian menunjukkan suara tembakan, dengan sejumlah pemuda berlarian menjauh dari tempat kejadian, dengan salah satu dari mereka mengatakan, "Kamu membunuhnya".

Mengutip The National News, Jumat (7/7), Nasrat Ahmadyar, seorang ayah dengan empat anak berusia 31 tahun, telah menjadi penerjemah untuk Pasukan Khusus AS di Afghanistan selama lebih dari 10 tahun, dan ikut melarikan diri dari negaranya setelah Taliban mengambil alih kekuasaan.

Menurut keterangan polisi, ia ditemukan di dekat mobilnya pada Senin pagi dengan luka tembak.

Belum diketahui siapa yang berada di balik penembakan tersebut, akan tetapi saat ini investigasi sedang dilakukan pihak berwenang untuk mencari pelaku.

Sejak Taliban berkuasa pada 2021, para penerjemah yang bekerja dengan pasukan asing dikabarkan menjadi salah satu target serangan balasan dari pihak Taliban ketika mereka kembali berkuasa, karena dianggap telah membantu pasukan asing.

Banyak penerjemah yang tertinggal saat pasukan asing buru-buru meninggalkan Afghanistan dan mereka terpaksa bersembunyi hingga kini karena takut akan ancaman Taliban.

"Taliban secara aktif mencari penerjemah yang bekerja sama dengan pasukan asing," kata mantan penerjemah yang berbicara secara anonim.

Baru-baru ini atas tindakan kerasnya itu, Afghanistan telah kembali menduduki peringkat sebagai negara yang paling tidak stabil di dunia selama tujuh tahun berturut-turut.

PBB juga telah menobatkannya sebagai salah satu negara yang paling menekan bagi perempuan dan anak perempuan, di mana sebagian besar dari mereka terkurung di rumah mereka di bawah pemerintahan Taliban. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA