Menurut petugas layanan darurat, pihaknya masih terus melakukan misi pencarian untuk mencari korban lainnya.
"Petugas sedang bekerja menyusuri puing-puing bangunan yang hancur dan mencari orang-orang yang mungkin masih terperangkap di bawahnya," kata pejabat layanan darurat di aplikasi perpesanan Telegram.
Di antara delapan yang tewas, tiga di antaranya merupakan anak-anak setempat yang sedang berada di restoran tersebut pada Selasa.
Berdasarkan keterangan dari seorang saksi, Valentyna, lansia berusia 64 tahun sekaligus pemilik kafe di sekitar restoran, mengatakan bahwa tempatnya hancur dan tidak ada yang tersisa akibat ledakan.
"Saya berlari ke sini setelah ledakan karena saya memiliki kafe di tempat ini. Namun, semuanya meledak di sana. Tidak ada lagi jendela, kaca, atau pintu. Yang saya lihat hanyalah pemandangan kehancuran, ketakutan, dan kengerian," ujar Valentyna, seperti dimuat
Times Live, Rabu (28/6).
Rekaman video yang beredar di saluran Telegram militer menunjukkan seorang pria, yang kepalanya berdarah, tengah menerima pertolongan pertama di trotoar.
Menanggapi insiden tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan keprihatinannya. Dalam pesan video yang ia sampaikan pada malam hari, ia mengecam serangan mematikan itu.
"Rusia hanya pantas mendapatkan satu hal sebagai konsekuensi dari apa yang telah dilakukan, yaitu kekalahan dan pengadilan," tegas Zelensky.
Kramatorsk dikabarkan telah menjadi sasaran serangan Rusia berulang kali karena posisinya yang strategis di garis depan di Provinsi Donetsk. Kondisi ini menjadikannya sebagai target utama dalam upaya Rusia merebut wilayah Ukraina secara keseluruhan.
Kota ini telah menjadi saksi dari banyak serangan yang mematikan, termasuk serangan di stasiun kereta kota pada April 2022 yang menewaskan 63 orang. Bahkan, pada awal tahun ini, beberapa serangan juga masih terjadi di gedung apartemen dan situs sipil lainnya.
Meskipun Rusia membantah menargetkan situs-situs sipil dan mengklaim melakukan operasi militer khusus, akan tetapi sejak serangan mereka diluncurkan terhadap Ukraina, bukti-bukti yang muncul menunjukkan sebaliknya.
BERITA TERKAIT: