Hal itu diungkap oleh mantan Duta Besar RI untuk Jepang (2014~2016), Yusron Ihza Mahendra, lewat kanal Youtube "Yusron Senpai" pada Rabu (21/6).
Dalam videonya, Yusron menjelaskan bahwa kunjungan Kaisar yang pertama ke Indonesia tersebut lebih bersifat
people to people.
"Kaisar bukanlah kepala pemerintah. Kita tidak mungkin berharap Kaisar berbicara tentang masalah politik, kebijakan pemerintah, " ungkapnya.
Kendati demikian, menurutnya kunjungan Kaisar yang merupakan simbol persatuan Jepang itu justru memiliki makna yang mendalam yang perlu diinterpretasikan secara seksama.
"Kita harus menangkap makna simbolis yang ditampilkan dari kunjungan tersebut," kata Yusron.
Dalam kaca mata Yusron, kunjungan Kaisar tidak akan lepas dari kepentingan nasional Jepang itu sendiri, meskipun dirinya tidak secara langsung menyentuh kebijakan-kebijakan pemerintahan.
Yusron memaknai bahwa pertemuan people to people yang dibawa Kaisar ke Indonesia, sebenarnya bisa ditindaklanjuti di ranah government to government.
Ia menyoroti berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Jepang saat ini. Salah satunya, adalah aging society di mana penduduk Jepang terus mengalami penuaan dan penduduk usia muda semakin sedikit.
Mengutip harapan Naruhito tentang pertukaran generasi muda dengan Indonesia, Yusron melihat ada peluang pertukaran sumber daya manusia ke Jepang.
"Kalau kita lihat dari konteks Jepang, kita bisa mengatakan mungkin Jepang membutuhkan tenaga kerja untuk menopang industri mereka," ungkapnya.
Dikatakan Yusron, sekolah-sekolah di Jepang banyak yang tutup karena tidak ada siswa baru, termasuk perguruan tingginya.
Menurutnya, itu bisa menjadi peluang kerjasama kedua negara di bidang pendidikan misalnya kerjasama antara universitas dalam bentuk double degree.
"Kita akan diuntungkan, karena kaum muda kita dapat belajar di Jepang. Jepang dapat mahasiswa," ujarnya.
Kemudian masalah lainnya yang juga bisa menjadi peluang kerjasama kedua negara, dikatakan Yusron terletak pada keamanan dan pertahanan Jepang.
Wilayah Asia Timur memanas dan Jepang perlu mengambil tindakan, bahkan mereka bersedia menjadi tuan rumah kantor NATO.
Dari kondisi tersebut, Yusron melihat ada peluang kerjasama industri pertahanan yang perlu ditindaklanjuti pemerintah kedua negara.
Terakhir, Yusron berharap kehadiran Kaisar dapat dimaknai dengan baik, sehingga tidak sekedar berlalu, namun juga memiliki dampak yang besar bagi kedua negara.
BERITA TERKAIT: