Telesur melaporkan Kamis (15/6), latihan udara bertajuk "Air Defender 23" merupakan latihan penyebaran angkatan udara NATO terbesar yang pernah ada, melibatkan 10.000 personel militer dan 250 pesawat tempur dari 25 negara, dimulai pada Senin (19/6) dan akan berlangsung hingga 23 Juni 2023.
Menurut juru bicara kontrol lalu lintas udara Jerman, latihan tersebut, yang dilakukan terutama di wilayah udara Jerman, akan berdampak besar pada penerbangan penumpang.
"Akibatnya, hingga 800 penerbangan penumpang harus dialihkan, dan sekitar 40 persen dari mereka harus menempuh jarak sekitar 110 km lebih jauh," kata juru bicara itu.
Penumpang dipercaya akan menghadapi kemungkinan penundaan, perpanjangan waktu penerbangan, dan pembatalan selama dua minggu. Pertunjukan kekuatan militer oleh NATO datang pada saat krisis Ukraina berkecamuk.
"Jika mereka ingin menggunakan manuver untuk berdemonstrasi, untuk mengintimidasi orang lain, mereka selalu merupakan tanda yang salah," kata Thomas Wefing, salah satu penduduk lokal yang turun ke jalan memprotes latihan militer NATO.
Sementara itu NATO mengklaim bahwa latihan tersebut, yang diadakan pada tahun 2018, tidak ditujukan kepada siapa pun. Namun, Wefing mengatakan bahwa dia yakin latihan tersebut akan memprovokasi Rusia dan meningkatkan situasi di Ukraina.
Menggemakan kekhawatiran Wefing, Egon Roth, pengunjuk rasa lainnya, yakin bahwa krisis Ukraina hanya dapat diselesaikan secara diplomatis alih-alih menggunakan senjata.
Jochen Scholz, seorang pakar keamanan dan mantan perwira militer, khawatir latihan militer tersebut akan dieksploitasi untuk menanamkan gagasan yang salah bahwa Rusia mengancam keamanan Eropa.
"Bukan Rusia yang menjadi ancaman bagi Eropa, tetapi Amerika Serikat, karena melihat dominasi benua Eurasia sebagai prasyarat dominasi globalnya," katanya.
BERITA TERKAIT: