Banjir besar itu terjadi setelah bendungan Kakhovka jebol akibat ledakan. Air dari bendungan membuat Sungai Dnipro meluap sehingga menenggelamkan beberapa wilayah sekitar sungai. Sementara Rusia dan Ukraina saling menyalahkan, investigasi terus berlangsung untuk menyelidiki siapa yang seharusnya bertanggung jawab.
Berdasarkan laporan dari kepala Administrasi Militer Kota, Svitlana Linnyk, meski ketinggian air di kota yang diduduki Rusia itu mulai menyusut, namun di beberapa daerah masih tinggi, bahkan mencapai dua meter.
“Tapi kota ini telah diblokir. Rusia menutup semua pintu masuk dan keluar,” kata Linnyk, pada Minggu (11/6).
Dampaknya, relawan yang ingin menyediakan bantuan kemanusiaan kepada warga sekitar tidak dapat melakukan distribusinya ke kota yang sedang dikarantina itu.
Banjir juga dikabarkan telah menimbulkan korban jiwa di antara penduduk sekitar, namun kerabat mereka tidak dapat menguburkan jenazah di kota tersebut, karena karantina itu.
"Keluarga tidak diperbolehkan menguburkan orang-orang ini di pemakaman, meskipun lokasinya berada di bagian kota yang tidak tergenang banjir. Penduduk setempat tidak memberikan izin kepada mereka," tambah Linnyk, seperti dimuat
Kyiv Independent.Kota yang berpenduduk 6000 orang itu telah terdampak oleh banjir yang meluas di Kherson, dengan air yang diduga telah tercemar oleh bahan kimia.
Gubernur Oblast Kherson, Oleksandr Prokudin, melaporkan bahwa pada Minggu, sebanyak 112 orang, termasuk 54 wanita dan 7 anak-anak, telah dievakuasi dari wilayah sekitar yang diduduki Rusia.
Menurut Prokudin, masih terdapat 46 permukiman di kota itu yang masih tergenang air, dengan 32 di antaranya berada di bantaran kanan sungai dan 14 di bantaran kiri.
BERITA TERKAIT: