Hal itu terbukti lewat penyataan yang diutarakan Pemimpin sementara Burkina Faso, Ibrahim Tarore, dalam sebuah wawancara televisi, seperti dikutip dari
The Star pada Jumat (5/5).
Tarore mengatakan, setelah tentara Prancis pergi, kini Rusia sudah menjadi sekutu serta mitra strategis militer utama bagi Burkina Faso.
"Kepergian tentara Prancis bukan berarti Prancis bukan sekutu. Tapi kami juga punya sekutu strategis. Kami punya bentuk kerja sama baru. Rusia, misalnya, adalah sekutu strategis," jelasnya.
Ia kemudian memuji kerja sama pertahanan yang selama ini telah dijalin Burkina Faso dengan Rusia.
"Saya puas dengan kerja sama dengan Rusia. Terus terang," ungkap Tarore.
Ketika ditanya tentang kehadiran tentara Wagner Rusia dalam upaya memberantas teroris, Tarore membantah tuduhan tersebut.
"Tentara kita bertempur sendirian. Kehadiran Wagner diciptakan untuk merugikan Burkina, sehingga negara-negara tidak mau bekerja sama dengan kami," ujarnya.
Pada Februari lalu, Prancis menarik pasukannya dari Burkina dan mengakhiri kesepakatan yang memungkinkan mereka memerangi pemberontak di sana.
Kepergian Prancis membuat negara-negara Barat khawatir tentang potensi perluasan pengaruh militer Rusia di Sahel Afrika.
BERITA TERKAIT: