Menurut portal berita AS Jacobin, tujuan sebenarnya dari ancaman pelarangan TikTok milik perusahaan China, adalah karena Washington tidak mau kalah saing dengan aplikasi berbagi video yang memiliki banyak pengguna sejak pandemi Covid-19 muncul.
"Kebangkitan TikTok disambut terutama dengan ketakutan, bukan perayaan," kata Jacobin, seperti dimuat
Xinhua pada Jumat (14/4).
Jacobin menyebut kebijakan pelarangan AS bertolak belakang dengan kebijakan teknologi AS selama beberapa dekade, yang berusaha mempromosikan perluasan global internet dengan segala cara.
"Untuk membenarkan pendekatan kebijakan mereka, Pembuat kebijakan AS cenderung membingkai setiap pembatasan akses internet sebagai pelanggaran hak orang atas kebebasan berbicara," jelasnya.
Kendati demikian, kebijakan itu tidak lagi diterapkan saat berhadapan dengan perusahaan teknologi yang ramai digandrungi jutaan orang.
AS memberikan respon yang berbeda terhadap TikTok dan lebih memilih untuk membatasinya, guna memastikan bahwa mereka tetap mendominasi pasar.
BERITA TERKAIT: