Bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas), TTM mempromosikan penggunaan UAV pertanian, untuk mengurangi dampak lingkungan dari bahan kimia.
Dalam acara demonstrasi yang juga dihadiri oleh personel sektor publik, audiens diajari tentang cara penggunaan perangkat lunak tambahan, seperti navigasi otomatis dan pemetaan medan, untuk membantu mereka memahami potensi UAV sebagai mesin pelindung tanaman.
Fokus dari penggunaan pesawat tak berawak yang dipromosikan ini dikhususkan untuk perlindungan tanaman, seperti penyemprotan pupuk dan pestisida menggunakan UAV.
Dalam penjelasannya, TTM mengatakan bahwa teknologi ini dapat menggantikan banyak tenaga kerja yang biasanya membutuhkan banyak orang untuk pemupukan, dan penyiraman. Sehingga teknologi UAV akan menjawab masalah yang dialami desa-desa yang sering kekurangan tenaga kerja, khususnya di wilayah Gowa, yang menjadi tempat eksperimen TTM.
"Mengganti penyemprotan manual dengan UAV dapat menghemat lebih dari 80 persen biaya waktu dan mengurangi penggunaan air hingga lebih dari 90 persen. Ini tidak hanya membantu memecahkan masalah kekurangan tenaga kerja di daerah pedesaan, tetapi juga membantu mengurangi dampak lingkungan," ujar TTM, dalam pers rilis yang diterima Selasa (4/4).
Promosi pertanian cerdas ini lebih lanjut dijelaskan tidak hanya dapat bermanfaat untuk efisiensi waktu, dan tenaga kerja, melainkan juga untuk meningkatkan pendapatan para petani di generasi mendatang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: