Mengutip laporan
African News pada Kamis (30/3), kapal yang membawa 16 awak itu telah hilang kontak selama tiga hari, sejak terakhir terdeteksi berada di 138 mil laut sebelah barat pelabuhan Pointe-Noire, Kongo.
Pihak berwenang Kongo menyebut penyerangan kapal dilakukan oleh tiga pria yang berada di daerah tersebut untuk memasok bahan bakar kapal.
Itu diketahui dari sambungan telepon yang sempat terhubung sebentar antara awak dan petugas pelabuhan Pointe-Noire.
"Ada tiga orang yang menyandera dia dan sejak itu awak kapal tidak bisa dihubungi lagi," kata seorang pejabat di pelabuhan Pointe-Noire.
Pemilik kapal membenarkan kabar pembajakan tersebut, namun masih belum mengetahui apakah 16 awal kapalnya telah disandera atau tidak.
"Komunikasi saat ini terputus dan kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk menjalin komunikasi dan memahami situasi di atas kapal," jelas pemilik kapal dalam sebuah pernyataan.
Kepala pusat pelaporan pembajakan Biro Maritim Internasional (IMB), Noel Choong mengaku telah membuat surat kehilangan kapal untuk mempermudah proses pencarian.
"Kami mendorong otoritas pesisir dengan sumber daya untuk membantu kami. Kami membutuhkan kerja sama regional,†kata Noel.
Dalam beberapa tahun terakhir, Teluk Guinea, yang membentang 5.700 km antara Senegal dan Angola, telah menjadi titik hitam baru pembajakan global.
Namun serangan perompak telah menurun baru-baru ini, berkat upaya bersama negara-negara pesisir dan negara-negara Eropa.
Juni tahun lalu, Dewan Keamanan PBB juga telah mengadopsi resolusi yang mengutuk keras tindakan pembajakan, perampokan bersenjata, dan penyanderaan di wilayah tersebut.
BERITA TERKAIT: