Menurut Kishida, negaranya memiliki kesempatan terakhir hanya selama enam hingga tujuh tahun ke depan untuk dapat mengembalikkan angka kelahiran.
"Untuk itu pemerintah akan melakukan tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai prioritas utama untuk membalikkan keadaan," kata Kishida dalam konferensi.
Dalam penjelasannya, Kishida mengatakan akan mendorong perusahaan untuk memberikan cuti mengasuh anak bagi staf laki-laki, dan memberi tunjangan kepada pekerja lepas atau wiraswasta yang kehilangan pendapatan setelah memiliki anak.
Dimuat
Bernama pada Sabtu (18/3), hanya sekitar 14 persen pekerja laki-laki di Jepang yang memenuhi syarat untuk mengambil cuti mengasuh anak pada 2021 lalu, namun saat ini, pemerintah tengah berupaya untuk menaikkan angka tersebut menjadi 50 persen.
PM Jepang itu mengatakan pemerintahannya akan segera mengungkapkan garis besar skema baru itu, beserta paket kebijakannya pada bulan Juni mendatang.
Sejauh ini, Jepang terus mencatat kemerosotan angka kelahiran di negaranya, dengan 2022 lalu hanya sekitar 799.728 bayi yang tercatat lahir di negaranya, angka itu merupakan rekor paling rendah yang terjadi di Jepang.
BERITA TERKAIT: