Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (12/3), Kirill mengatakan Kyiv telah melanggar hak dan kebebasan umat dengan cara yang keterlaluan.
Penutupan UOC dari Lavra, menurut Kirill, akan menyebabkan pelanggaran hak jutaan umat atas kebebasan beragama yang dijamin oleh Konstitusi Ukraina, serta dokumen lain, seperti Piagam PBB, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk Intoleransi.
"Sangat disesalkan bahwa sementara kepemimpinan Ukraina menyatakan kepatuhannya pada norma-norma demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia, mereka justru melanggar hak dan kebebasan orang-orang," kata Kirill, seperti dikutip dari
The Guardian. Ia pun meminta bantuan kepada Paus Fransiskus, para pemimpin agama lain serta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, untuk membujuk Ukraina menghentikan tindakan keras tersebut.
Kyiv pada Jumat memerintahkan UOC meninggalkan kompleks biara tempatnya berada.
Sejak Oktober, Dinas Keamanan Ukraina secara teratur melakukan penggeledahan di gereja-gereja UOC, menjatuhkan sanksi kepada para uskup dan pendukung keuangannya, dan membuka kasus pidana terhadap puluhan pendeta yang dianggap pro-Rusia.
Kirill mengatakan sangat disesalkan bahwa hak dan kebebasan jamaah Ukraina dilanggar secara terang-terangan.
Kementerian kebudayaan Ukraina mengatakan UOC memiliki waktu hingga 29 Maret untuk meninggalkan kompleks biara Kyiv-Pechersk Lavra yang berusia 980 tahun, tempat kantor pusatnya berada.
BERITA TERKAIT: