Desakan itu disampaikan langsung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron saat menghubungi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (24/2) waktu setempat.
“Tekanan dan isolasi Rusia harus ditingkatkan untuk memaksa Moskow menyerah pada serangannya," kata Macron, seperti dikutip dari
The National, Sabtu (25/2).
Erdogan terus mempertahankan hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan menolak untuk bergabung dengan sanksi barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Ankara bahkan meningkatkan perdagangan bilateral dengan Moskow selama perang.
Pemimpin Turki itu telah menggunakan hubungan baiknya dengan Moskow dan Kyiv untuk mencoba menengahi penyelesaian konflik.
Turki juga sempat menjadi tuan rumah dua putaran awal pembicaraan damai dan membantu mencapai kesepakatan yang didukung PBB untuk memulihkan pengiriman biji-bijian Ukraina melintasi Laut Hitam.
Erdogan juga telah berulang kali mencoba membawa Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Turki untuk pembicaraan gencatan senjata.
Di hari yang sama saat Macron menelepon, Erdogan juga melakukan panggilan dengan Putin, di mana keduanya membahas aspek praktis dari peningkatan pasokan energi Rusia.
Kremlin dalam pernyataannya mengatakan bahwa kedua pemimpin juga berbicara tentang inisiatif biji-bijian Laut Hitam, serta ekspor pupuk dan produk pertanian Rusia.
"Erdogan menyerukan perdamaian yang adil di Ukraina selama percakapan telepon dan menekankan perlunya diakhirinya konflik untuk mencegah hilangnya nyawa dan kehancuran lebih lanjut," kata pernyataan itu.
BERITA TERKAIT: