Melalui penelitian yang dilakukan hingga 2021, setahun setelah Covid-19 melanda, ditemukan bahwa 20,8 persen anak usia 18 hingga 24 tahun dilaporkan mengalami episode depresi dalam 12 bulan terakhir, dibandingkan dengan 11,7 persen pada survei sebelumnya yang dilakukan pada 2017.
Tingkat di antara orang muda hampir dua kali lebih tinggi dari yang dilaporkan di antara seluruh populasi orang dewasa, berusia 18 hingga 85 tahun.
"Stres yang disebabkan oleh penyakit Covid-19 dan pembatasan yang diberlakukan untuk mengendalikannya tampaknya menjadi salah satu hipotesis utama yang menjelaskan kenaikan ini," kata Public Health France di situs webnya, seperti dikutip dari
AFP, Rabu (15/2).
Para ahli mengatakan dampak penguncian, jarak sosial, dan pembatasan lainnya, dirasakan lebih parah oleh pelajar dan kaum muda lainnya karena dianggap merusak periode sekali seumur hidup yang tidak dapat ditiru.
"Yang berperan besar adalah ketidakpastian tentang masa depan, yang berdampak sangat penting pada usia itu," kata Enguerrand du Roscoat, rekan penulis studi Prancis dan pakar kesehatan mental.
Survei tersebut mengonfirmasi bukti anekdotal yang diberikan oleh sejumlah profesional kesehatan mental selama pandemi Covid-19 yang melaporkan lonjakan anak muda yang berjuang melawan kecemasan dan depresi.
Survei internasional lainnya juga telah melaporkan hasil serupa.
Di Amerika Serikat, otoritas kesehatan membunyikan alarm tentang krisis kesehatan mental di kalangan siswa sekolah menengah Amerika, terutama pada gadis remaja.
Hampir tiga dari lima gadis remaja Amerika, sekitar 57 persen, merasa sedih atau putus asa terus-menerus pada data 2021, dua kali lipat dibandingkan anak laki-laki, kata laporan itu.
Itu adalah peningkatan hampir 60 persen sejak 2011 dan tingkat tertinggi yang dilaporkan selama dekade terakhir.
BERITA TERKAIT: