Laporan yang dirilis oleh para peneliti dari Yale University pada Selasa (14/2) itu menyebut enam ribu anak telah ditampung dalam 43 kamp dan telah beroperasi sejak invasi diluncurkan pada Februari tahun lalu.
Salah satu peneliti, Nathaniel Raymond, mengatakan pendirian fasilitas reedukasi bertujuan membentuk ulang pandangan politik anak-anak terhadap Rusia.
"Tujuan utama fasilitas kamp yang kami identifikasi tampaknya adalah pendidikan ulang politik," ungkapnya, seperti dimuat
Reuters.
Menurut Raymond, anak-anak yang dimasukkan dalam kamp tersebut termasuk mereka yang masih memiliki orang tua yang jelas, yatim piatu, atau hak asuhnya tidak jelas karena perang.
Sistem pemindahaan anak-anak bisa melalui adopsi oleh keluarga Rusia, atau dipindahkan ke panti asuhan di Rusia.
Meski belum ditemukan bukti bahwa anak-anak di kamp reedukasi terlibat dalam pertempuran, tetapi Raymond mengungkap bahwa anak yang berusia 14 tahun telah diberi pelatihan militer oleh Rusia.
BERITA TERKAIT: