Chief Executive Officer (CEO) Philips Roy Jakobs mengatakan mereka perlu memaksimalkan keuntungan dengan memangkas biaya untuk menghadapi gejolak rantai pasokan dan inflasi.
"Ini adalah langkah yang cukup besar dan berdampak, tetapi kami melihat perlu untuk mengatasi kenaikan biaya di seluruh perusahaan dan dunia," jelasnya, seperti dimuat
Bloomberg.
Tahun lalu, Philips telah mem-PHK 4 ribu orang, dan tahun ini ditambah menjadi 6 ribu, atau sekitar 8 persen dari para pekerjanya di dunia.
Kenaikan angka PHK disinyalir karena Philips dilanda banyak kerugian akibat perangkat terapi tidur yang diproduksi telah ditarik dari pasar.
Perusahaan itu juga menghadapi risiko tuntutan setelah peneliti menemukan bahwa busa yang rusak pada alat tersebut dapat memicu kanker dan masalah pernapasan.
Philips sudah mulai melakukan penarikan produk sejak Juni 2021 dan biaya kerugian yang harus ditanggung sekitar 885 juta poundsterling atau Rp 16,4 triliun.
BERITA TERKAIT: