Keputusan impor kemungkinan diambil India untuk mengatasi lonjakan permintaan yang semakin tinggi selama setahun terakhir.
Analis riset senior di Wood Mackenzie, Abhishek Rakshit pada Selasa (17/1) mengatakan berdasarkan data pemerintah, pasokan rata-rata pada akhir tahun 2022 hanya mencapai 12 hari.
Stok tersebut masih jauh di bawah pedoman federal yang merekomendasikan pasokan minimal 24 hari agar tidak mengalami pemadaman listrik seperti dua tahun terakhir.
"Bahkan sekarang, sekitar 31 persen dari total kapasitas berbasis batu bara menghadapi kekurangan batu bara yang kritis," kata Abhishek, seperti dimuat
The Hindustan Times.
Direktur Riset di CRISIL Market Intelligence and Analytics, Hetal Gandhi mengatakan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara India menyumbang lebih dari 70 peraen output listrik nasional.
Untuk itu, menurutnya, India mungkin harus meningkatkan impor sebesar 50 persen hingga 60 persen pada April hingga Desember 2023.
Sejalan dengan itu, Direktur Fitch Ratings, Girish Madan menyebut ada risiko permintaan yang lebih tinggi akibat musim panas yang lebih panas dan atau pertumbuhan industri yang lebih kuat dari perkiraan saat ini di negara ini pada 2023.
Gelombang panas yang menyengat pada bulan April dan cuaca dingin yang parah di India utara menjelang akhir Desember memicu lonjakan tiba-tiba dalam penggunaan listrik, dan mempersulit peramalan permintaan batu bara dan listrik.
BERITA TERKAIT: