Nabizada ditembak mati pada Minggu (15/1). Wanita 32 tahun itu menjadi salah satu dari sedikit anggota parlemen perempuan yang masih tinggal di Afghanistan setelah Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021.
"Sekretaris Jenderal (Antonio Guterres) menyerukan penyelidikan yang cepat, menyeluruh, dan transparan agar para pelaku dibawa ke pengadilan," ujar jurubicara Stephanie Tremblay pada Senin (17/1).
Tremblay mengatakan Guterres juga menyampaikan belasungkawa. Ia merasa terkejut mendengar kabar serangan yang terjadi kepada mantan anggota parlemen itu, satu orang anggota keamanannya, dan melukai dua orang lainnya.
Ia berharap agar korban luka-luka cepat pulih dan para penyerang segera diseret ke pengadilan.
Sementara itu, dimuat
ANI News pada Selasa (17/1), jurubicara Departemen Keamanan Afghanistan Khalid Zadran telah memberikan laporannya. Saat ini, ia menyebut, penyelidikan tengah berlangsung dan orang-orang bersenjata yang memasuki rumah Nabizada hingga kini belum teridentifikasi.
Motif dari penyerangan ini pun juga masih belum jelas, sementara keluarga dari saudara laki-laku Nabidzada hingga kini belum memberikan komentar apapun atas kejadian tersebut.
Dengan seluruh pembatasan yang diberlakukan Taliban untuk perempuan, Nabizada memilih untuk tetap tinggal di negaranya dan ingin berjuang bersama rakyat. Ia dengan vokal terus mengecam pembatasan dari kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Taliban.
BERITA TERKAIT: