Kantor jaksa agung pada Selasa (10/1) mengatakan penyelidikan juga akan berfokus pada Perdana Menteri Alberto Otarola, Menteri Pertahanan Jorge Chaves, dan Menteri Dalam Negeri Victor Rojas.
Penyelidikan dimulai setelah protes di Peru menyebabkan sedikitnya 40 orang tewas dan ratusan lainnya terluka, seperti dikutip
The Telegraph.
Pada Senin (9/1), 17 orang meninggal, dan 68 orang lainnya serta 75 polisi terluka dalam bentrokan yang terjadi di wilayah Puno, selatan Peru. Ini menandai salah satu hari protes paling mematikan sejak mantan Presiden Pedro Castillo digulingkan dan ditahan pada Desember.
Jurubicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Marta Hurtado telah meminta pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan yang cepat, tidak memihak, dan efektif atas banyaknya kematian dan cedera yang dilaporkan.
Beberapa kelompok hak asasi manusia menyalahkan pihak berwenang karena menggunakan senjata api dan menjatuhkan bom asap ke warga sipil. Sementara tentara mengklaim bahwa pengunjuk rasa menggunakan senjata dan bahan peledak rakitan.
Protes anti-pemerintah dimulai di Peru pada awal Desember setelah pemakzulan dan penangkapan Castillo yang berusaha membubarkan Kongres. Castillo kemudian menjalani 18 bulan dalam penahanan pra-sidang atas tuduhan pemberontakan.
BERITA TERKAIT: