Dalam sebuah wawancara, Kubota menceritakan betapa menderitanya ia selama ditahan di penjara Myanmar yang sempit dan kotor.
Kubota bahkan menyamakan situasinya sama seperti berada di neraka dan dengan tegas memohon agar pemerintah Jepang dapat mengambil sikap lebih keras terhadap pelanggaran HAM negara yang dikuasai militer itu.
"Mengerikan. Saya mengerti konsep neraka. Saya berharap pemerintah Jepang akan mengambil sikap yang lebih kuat terhadap militer Myanmar," ujarnya seperti dimuat
Reuters pada Senin (28/11).
Sejak Kubota terlibat dalam protes dan ditahan pada Juli lalu, ia bahkan menyatakan dirinya tak bisa tidur sama sekali di sel kecil dan tidak terawat itu, sambil melihat tahanan lain yang terus dipukuli petugas.
Ia juga menceritakan pernah dipindahkan ke sel isolasi di penjara Insein era kolonial Myanmar yang terkenal.
Kubota awalnya memperoleh hukuman selama 10 tahun karena melanggar UU penghasutan dan komunikasi.
Tetapi ia akhirnya dibebaskan dalam amnesti massal bulan ini bersama mantan duta besar Inggris dan penasihat ekonomi Australia.
Sama halnya dengan pernyataan Kubota, tahanan lain yang berhasil dibebaskan yakni Penasihat ekonomi Sean Turnell juga mengatakan ia hidup dalam sel-sel kotor dan harus makan dari ember.
Jepang telah memotong bantuan ke Myanmar dan meminta militer untuk menghentikan kekerasan tetapi tanggapannya lebih terkendali daripada sanksi ketat yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lainnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: