Keputusan tersebut diambil Kremlin lantaran kapal perang laut Hitamnya di Sevastopol diserang pesawat tak berawak yang diduga berasal dari kelompok teroris Ukraina pada Sabtu dini hari (28/10).
"Mempertimbangkan tindakan teroris oleh rezim Kyiv dengan partisipasi ahli Inggris terhadap kapal perang Laut Hitam dan kapal sipil yang terlibat dalam memastikan keamanan 'koridor gandum', pihak Rusia menangguhkan partisipasi dalam implementasi perjanjian ekspor produk pertanian dari pelabuhan Ukraina," ungkap laporan kementerian.
Menanggapi hal tersebut, pihak Ukraina membantah dan balik menuduh Rusia tengah membuat propaganda dengan menyebarkan ketakutan tak beralasan setelah ledakan di jembatan Krimea.
"Rusia memeras dan menciptakan serangan teror di wilayahnya sendiri pada hari Sabtu (28/10) menyusul ledakan di semenanjung Krimea pada hari Sabtu (8/10) juga," tegas Kepala Staf Presiden Ukraina, Andriy Yermak.
Dimuat Reuters, sejak Rusia dan Ukraina menandatangani Black Sea Grain Initiative yang didukung PBB di Turki pada 22 Juli lalu, beberapa juta ton jagung, gandum, produk bunga matahari, barley, rapeseed, dan kedelai telah berhasil kembali diekspor dari Ukraina.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Ukraina dapat memulai kembali ekspor biji-bijian dan pupuk Laut Hitam untuk mengamankan pasokan global yang sempat terhambat ketika Rusia menginvasi tetangganya pada 24 Februari lalu.
Kesepakatan ekspor Ukraina pada awalnya disepakati selama 120 hari. Bahkan kepala bantuan PBB, Martin Griffiths optimis jika itu akan diperpanjang hingga November mendatang.
Namun Rusia tiba-tiba menangguhkan kesepakatan yang telah dibuat dan justru mengajukan diri menggantikan pasokan Ukraina dengan mengirimkan produk biji-bijianya dengan harga murah.
"Rusia siap memasok hingga 500.000 ton biji-bijian ke negara-negara miskin dalam empat bulan ke depan secara gratis, dengan bantuan dari Turki, dan menggantikan pasokan biji-bijian Ukraina," kata Menteri Pertanian Rusia, Dmitry Patrushev.
BERITA TERKAIT: