Wakil Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky, mengatakan pada Minggu (18/9) bahwa langkah Barat itu justru semakin membuat perang tidak akan berhenti, sementara Rusia telah menyiapkan negosiasi yang kemudian diabaikan Ukraina demi memenuhi ambisi Barat.
"Memberikan artileri jarak jauh dan peluncur roket kepada rezim Kiev membuat mantan mitra Barat menjadi kaki tangan kejahatan NaziUkraina terhadap warga sipil," tulisnya di akun Twitter-nya.
"Menjijikkan bahwa pasokan senjata adalah proyek bisnis yang menguntungkan bagi AS dan Inggris. Di mana "nilai-nilai Barat" yang terkenal itu?" kecamnya.
AS menjadi negara yang paling banyak mengirimkan bantuan militernya ke Rusia. Pada Agustus saja, bantuan militer AS ditambah sebesar 3 miliar dolar AS, dan hingga awal September, total bantuan AS menjadi sebesar 12,5 miliar AS.
Polandia tak mau kalah, negara ini mengirim bantuan militer mencapai hampir 2 miliar dolar AS. Disusul kemudian dengan Inggris, Kanada, Jerman, dan beberapa negara lainnya.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Maret lalu baha negara-negara anggota aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan terus mendukung kemampuan Ukraina dalam mempertahankan diri melawan invasi militer Rusia.
Scholz menyatakan pasokan senjata akan terus dikirim ke Ukraina selama diperlukan.
BERITA TERKAIT: