Dalam percakapan yang berlangsung hampir dua jam itu Scholz secara terbuka meminta Putin untuk menarik pasukannya dari Ukraina. Putin sendiri menyoroti pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional yang dilakukan Ukraina.
"Selama percakapan 90 menit, Scholz mendesak Putin untuk mencapai solusi diplomatik secepat mungkin, berdasarkan gencatan senjata, penarikan penuh pasukan Rusia dan menghormati integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina," menurut sebuah pernyataan dari Juru Bicara Steffen Hebestreit, seperti dikutip dari
AFP, Rabu (14/9).
"Kanselir Jerman juga meminta Putin untuk menghindari eskalasi apa pun di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporozhye, dan untuk menerapkan 'zona aman' yang direkomendasikan PBB di sekitar fasilitas tersebut," kata pernyataan itu.
Putin kemudian membalas dengan mengatakan bahwa pabrik itu menjadi sasaran serangan rudal konstan dari Ukraina, yang menciptakan risiko nyata dari bencana skala besar.
Ia juga menuduh Kiev melakukan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional, menunjuk pada penembakan di kota-kota yang mayoritas berbahasa Rusia di Donbass.
Putin kemudian mengatakan Rusia akan memasok energi ke Eropa, jika Uni Eropa mencabut sanksi yang mencegah pasokan di sepanjang pipa gas Nord Stream 1.
"Penolakan Jerman untuk mengesahkan pipa Nord Stream 2 sambil menyalahkan Rusia atas kesengsaraan energinya, itu terlihat sangat sinis,†katanya.
Bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Scholz telah menjadi salah satu dari sedikit pemimpin Eropa yang tetap berhubungan dengan Putin setelah peluncuran serangan militer Rusia di Ukraina pada Februari.
Meskipun hubungan antara Jerman dan Rusia memburuk, Scholz dan Putin setuju untuk tetap menjalin kontak.
BERITA TERKAIT: