"Dan jika Ukraina jatuh, Moskow kemudian dapat menyerang negara-negara Baltik," katanya, seperti dikutip dari
AFP.
Kasyanov, yang merupakan perdana menteri pertama Presiden Vladimir Putin dari tahun 2000-2004, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan AFP bahwa dia awalnya tidak percaya Moskow akan menyerang Ukraina secara penuh. Tetapi ketika dia melihat pertemuan Dewan Keamanan Rusia yang diadakan hanya tiga hari sebelum invasi diluncurkan pada 24 Februari, ia baru menyadari perang akan meledak.
“Ketika saya melihat pertemuan Dewan Keamanan Rusia, saya menyadari, ya, akan ada perang,†kata Kasyanov, seraya menambahkan bahwa dia merasa Putin tidak berpikir dengan benar.
“Saya hanya mengenal orang-orang ini dan dengan melihat mereka, saya melihat bahwa Putin bukan lagi Putin yang saya kenal. Dia sudah keluar dari situ. Bukan dalam arti medis tetapi dalam istilah politik,†katanya.
Kasyanov mengatakan dia telah meninggalkan Rusia karena perang tersebut. Saat ini dia tinggal di Eropa tetapi dia menolak untuk mengungkapkan lokasinya karena mengkhawatirkan keselamatannya.
Menurutnya, sangat penting agar Ukraina menang, sebab jika Ukraina jatuh, negara-negara Baltik akan menjadi yang berikutnya, katanya.
Kasyanov, yang saat ini berusia 64, dipecat oleh Putin dan kemudian bergabung dengan oposisi Rusia. Dia sekarang adalah pemimpin Partai Kebebasan Rakyat, atau Parnas.
Awal bulan ini, dia meninggalkan negara itu. Dia mengatakan dia tinggal di Eropa tetapi menolak untuk menentukan negara mana karena khawatir akan keselamatannya.
Hasil perang di Ukraina juga akan menentukan masa depan Rusia, kata Kasyanov. Dia mengatakan, setelah Putin, Rusia bisa menjadi negara demokratis.
“Saya yakin bahwa Rusia akan kembali ke jalan membangun negara demokratis,†katanya, seraya menambahkan bahwa dibutuhkan satu dekade untuk melakukan “de-Komunisasi†dan “de-Putinisasi†negara tersebut.
BERITA TERKAIT: