Mereka membentuk iring-iringan, berjalan di sepanjang sunga dan berakhir di alun-alun di depan Katedral Munster. Di sana, telah bergabung sekitar 40 organisasi yang terdiri dari kalangan sayap kiri dan juga dari gereja. Beberapa orang yang nampaknya juru bicara kelompok, terlihat memandu anggotanya.
Ini adalah tradisi pawai Paskah di Bern. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pawai Paskah kali ini diisi dengan topik tentang krisis Ukraina.
Pawai itu terlihat damai, seperti pawai-pawai Paskah sebelumnya di negaar itu. Ribuan orang yang berkumpul dengan beberapa plakat terlihat tenang. Meski demikian, setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Pawai Paskah tahun ini mereka mencoba berdiskusi tentang Ukraina.
Yang paling kontroversi adalah isu soal pengiriman senjata oleh Barat ke negara yang dilanda perang itu. Para pejabat Swiss kebanyakan memfokuskan diskusi ke soal: “Swiss harus berhenti membiayai perang Putin.â€
Pawai Paskah di Swiss telah berlangsung sejak 1960-an. Selama bertahun-tahun, pawai tersebut membawa isu soal penolakan persenjataan nuklir di bawah moto "Ciptakan perdamaian tanpa senjata".
Tradisi tersebut sempat vakum sebelum akhir Perang Dingin, lalu bangkit kembali pada 2003, setelah invasi AS ke Irak. Sejak itu, beberapa ratus orang telah mengambil bagian dalam pawai dari Aare ke Kota Tua setiap tahun.
Pawai 2022 di Bern adalah yang pertama sejak 2019; dua yang terakhir dibatalkan karena pandemi.
Moto pawai tahun ini adalah “Lindungi iklim, bangun perdamaianâ€, diputuskan sebelum Rusia menginvasi Ukraina. Penyelenggara kemudian memutuskan untuk memusatkan perhatian pada perang di Eropa Timur.
“Swiss memainkan peran sentral dalam perdagangan bahan bakar fosil yang merusak iklim ini dan sekarang harus memikul tanggung jawabnya,†kata para aktivis.
BERITA TERKAIT: