Seorang pejabat Turki melaporkan keluhan Rusia itu kepada media. Dia mengatakan, pembelian drone tersebut bukanlah deal pemerintahan antar Turki-Ukrina, melainkan pembelian dari perusahaan swasta Turki.
"Rusia kesal dengan itu, dari waktu ke waktu mereka mengeluh tentang penjualan drone. Mereka dulu mengeluh dan sekarang mengeluh," ujar pejabat dengan syarat anonim dikutip dari
Reuters, Jumat (8/4).
“Kami telah memberikan jawabannya (atas keluhan Rusia itu), bahwa ini adalah perusahaan swasta dan pembelian drone ini juga telah dilakukan sebelum perang," tambahnya.
Sebelum invasi 24 Februari terjadi, perusahaan pertahanan privat di Turki, Baykar Defense telah menjual drone ke Kyiv meskipun ada keberatan dari Rusia dan menandatangani kesepakatan untuk memproduksi lebih banyak sebelum invasi.
Turki yang juga merupakan anggota NATO berbagi perbatasan laut dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam, memiliki hubungan baik dengan keduanya dan telah mengambil peran mediasi dalam konflik tersebut.
Ankara juga telah menjadi tuan rumah pembicaraan damai dan bekerja untuk menyatukan presiden Ukraina dan Rusia pada Maret ini.
Walaupun Turki mendukung Ukraina dan mengkritik invasi Rusia, mereka juga menentang sanksi Barat yang meluas terhadap Moskow.
Namun, Turki juga sempat berselisihan dengan Rusia, terutama di saat mereka menentang kebijakan Rusia di Suriah dan Libya, serta aneksasi Krimea pada tahun 2014.
Setelah pembicaraan damai antara para perunding di Istanbul pekan lalu, Ukraina mendaftarkan beberapa negara, termasuk Turki dan anggota Dewan Keamanan PBB, sebagai penjamin yang mungkin bagi keamanan Kyiv.
Turki telah mengatakan siap, pada prinsipnya, untuk menjadi penjamin Ukraina, tetapi mereka mengatakan rincian formatnya perlu diselesaikan sebelum Turki bisa gerak cepat.
BERITA TERKAIT: