Dikatakan Pemerintah Thailand bahwa konflik antara dua tetangga Eropa timur secara tidak langsung telah memukul perdagangan impor dan ekspor dengan kenaikan harga minyak yang menyebabkan lonjakan inflasi.
"Analisis mendalam tentang tren penurunan volume perdagangan sejak pertempuran pecah mengungkapkan korelasi yang sebagian besar ekspor dikaitkan dengan volatilitas nilai rubel Rusia," kata Wakil Perdana Menteri menangkap Menteri Perdagangan Jurin Laksanawisit, seperti dikutip dari
Bangkok Post, Senin (7/3).
"Akibatnya, bisnis Thailand telah mengurangi volume perdagangan untuk mengurangi peningkatan risiko fluktuasi harga dalam tren yang berulang di seluruh dunia," katanya.
"Selain itu, harga minyak mentah kini telah naik menjadi lebih dari 100 dolar per barel menyusul masuknya tentara Rusia lebih lanjut ke wilayah Ukrania," tambah Jurin.
Merespon situasi tersebut, Jurin mengatakan semua kementerian bekerja sama untuk menemukan cara untuk meredam kenaikan biaya dan menghindarkan produsen dan konsumen dari kejatuhan ekonomi terburuk akibat konflik.
"Pemerintah juga akan menempatkan sumber daya ekstra untuk menegakkan undang-undang yang melarang pencongkelan harga yang selalu ada terlepas dari fluktuasi harga pasar," katanya.
Jurin juga mengatakan pemerintah akan melanjutkan kebijakan kontrol harga yang ketat pada kebutuhan pokok konsumen yang telah dikelompokkan ke dalam 18 kategori.
"Harga rata-rata daging babi, misalnya, telah dibatasi hingga 150 baht per kilogram," katanya.
Sementara mantan Menteri Keuangan Korn Chatikavanij, lewat postingannya di Facebook mendesak pemerintah untuk bertindak tegas sebelum mata pencaharian masyarakat terancam oleh dampak ekonomi dari pertempuran tersebut.
"Langkah-langkah ekstra harus segera diterapkan untuk membantu kelompok rentan," katanya, seraya menambahkan bahwa indeks harga konsumen utama pada Februari telah melonjak 5,3 persen tahun-ke-tahun.
Pekan lalu Kementerian Perdagangan mengakui bahwa kenaikan, yang dipimpin oleh harga bahan bakar dan makanan segar yang tinggi, adalah yang tertinggi sejak 2008 dan lebih dari yang diharapkan.
BERITA TERKAIT: