Begitu hasil survei online yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kementerian Unifikasi Korea Selatan terhadap 72.524 siswa SD, SMP, dan SMA yang dirilis pada Jumat (18/2).
Survei yang dilakukan pada 1 November hingga 10 Desember 2021 itu, sebanyak 61,2 persen siswa menjawab bahwa unifikasi itu perlu. Sedangkan 25 persen lainnya mengatakan bahwa unifikasi tidak perlu.
Selain itu, survei itu juga menunjukkan bahwa tingkat mahasiswa yang menentang unifikasi meningkat untuk tahun ketiga berturut-turut, dari semula 19,4 persen pada 2019 dan 24,2 persen pada 2020.
Dikabarkan
Yonhap, mereka yang mendukung unifikasi memiliki sejumlah alasan kuat, di antaranya yang paling banyak disebut adalah pengurangan ancaman perang (27,2 persen), diikuti oleh alasan ras yang sama (25,5 persen) dan penyelesaian masalah keluarga yang terpisah (20,9 persen).
Sementara itu, di sisi lain, mereka yang menentang unifikasi juga memiliki alasan kuat, seperti beban ekonomi (29,8 persen), potensi masalah sosial setelah penyatuan (25 persen) dan perbedaan politik antara Selatan dan Utara (17 persen).
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang menjadi responden menganggap Korea Utara sebagai mitra kerja sama (52,6 persen). Namun presentase ini turun 2,1 poin dari 54,7 persen yang dihitung pada tahun sebelumnya.
Survei yang sama juga menemukan bahwa tingkat penilaian negatif siswa Korea Selatan terhadap Korea Utara turun 5 poin persentase, sedangkan penilaian positif naik 3,5 poin persentase dalam setahun.
BERITA TERKAIT: