Brigitte Macron, istri dari Presiden Emmanuel Macron, yang digosipkan terlahir sebagai seorang laki-laki dengan nama Jean-Michel Trogneux itu kini sudah mengambil langkah hukum untuk menjerat para pelaku penyebar gossip yang saat ini viral tersebut.
Keterangan tersebut disampaikan Jean Ennochi, pengacara Macron. Dia mengatakan akan keputusan itu diambil kliennya karena measa nama baiknya telah dicemarkan.
“Dia telah memutuskan untuk memulai proses, ini sedang berlangsung," kata Ennochi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, seperti dikutip dari
The times, Rabu (22/12).
Desas-desus, yang saat ini viral di media sosial itu berawal dari sebuah artikel di jurnal Faits et Documents milik sayap kanan, yang diterbitkan pada bulan September. Dalam artikelnya mereka menuding bahwa Brigitte Macron yang saat ini berusia 68 tahun itu adalah seorang wanita transgender.
Kisah dalam jurnal tersebut , yang menerbitkan “investigasi tiga tahun†terhadap Brigitte Macron, awalnya tidak diperhatikan karena majalah itu hanya dicetak dan memiliki sirkulasi kecil.
Namun itu kemudian menjadi isu besar ketika pada 10 Desember, Natacha Rey, jurnalis yang menulis cerita tersebut, memberikan wawancara empat jam tentang teori yang diposting di YouTube dan ditonton hampir 500.000 kali sebelum dihapus.
Beberapa situs pinggiran dan akun media sosial menyebarkan cerita tersebut, termasuk banyak dari mereka yang terkait dengan sayap kanan, anti-vaxxers, gerakan rompi kuning dan gerakan teori konspirasi QAnon.
Tagar #JeanMichelTrogneux berhasil menjadi tren teratas di Twitter Prancis selama beberapa hari, dengan pengguna membedah foto sosok dan gerakan ibu negara untuk membuktikan teori tersebut. Lebih dari 66.000 pengguna memposting pesan, banyak di antaranya transfobia atau seksis, di bawah tagar.
Natacha Rey sendiri telah menyerang pasangan presiden Prancis itu di profil Facebook-nya sejak 2018. Dia telah menghina penampilan Macron, membandingkannya dengan alien.
Tristan Mendes France, seorang profesor di Universitas Paris Diderot yang berspesialisasi dalam budaya online sayap kanan menyesalkan isu yang kini terlanjur beredar itu.
“Kemampuan kaum pinggiran yang paling marjinal dan paling beracun untuk mengambil ruang dalam debat publik ini menyedihkan,†kata France.
BERITA TERKAIT: