Sekitar seribu orang melakukan unjuk rasa di kota San Salvador pada Selasa (7/9) untuk menolak bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Berdasarkan UU yang telah diresmikan, bitcoin menjadi mata uang sah di El Salvador mulai Selasa, menjadikan negara di Amerika Tengah itu sebagai negara pertama yang mengadopsi bitcoin sebagai mata uang yang legal.
Para demonstran menyayangkan UU tersebut karena masih banyak warga El Salvador yang kurang memahami mata uang kripto, yang nantinya bisa merugikan.
"Saya tidak ingin memperjelas bahwa saya tidak menentang Bitcoin. Yang kami lawan adalah proses yang telah terjadi dan kami tidak pernah memiliki suara apapun dalam hal ini," ujar mahasiswa Universitas El Salvador, Marvin Rivera yang melakukan aksi unjuk rasa sembari membawa tulisan "Tidak untuk Bitcoin, Tidak untuk Kediktatoran".
Mereka yang memprotes, termasuk organisasi sosial dan sipil dan petani, mengklaim bahwa mereka tidak ingin menggunakan bitcoin dan melihat langkah itu sebagai upaya pencucian uang.
"Pemerintah tidak mendengarkan kebutuhan rakyat, dan undang-undang baru tidak hanya gagal menguntungkan negara, tetapi juga menghambat ekonomi El Salvador," kata pengunjuk rasa.
Oposisi menuduh Presiden El Salvador Nayib Bukele mengejar kebijakan ini untuk memperkaya diri. Mereka juga mencatat bahwa bitcoin dilegalkan mengingat kemungkinan defisit dolar.
Pada Selasa malam, harga bitcoin turun 9 persen setelah Bukele mengumumkan negaranya telah membeli tambahan 200 bitcoin. Kemudian, El Salvador membeli 150 bitcoin lagi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: