Usai pertemuan, Delawar mengatakan kedua belah pihak melakukan'konsultasi informal' mengenai perkembangan terakhir di Kabul, seraya mengklaim bahwa saat ini Taliban telah menguasai hingga 85 persen wilayah Afghanistan.
"Namun, tujuan gerakan itu bukan untuk merebut kekuasaan di Afghanistan, melainkan ingin semua perwakilan masyarakat Afghanistan mengambil bagian dalam pekerjaan negara Afghanistan," kata Delawar, seperti dikutip dari
Anadolu Agency, Sabtu (10/7).
Dia juga membantah klaim AS bahwa Taliban setuju untuk tidak menyerang provinsi-provinsi besar Afghanistan, mengklaim bahwa gerakan itu menghentikan serangannya pada musim semi karena perjanjian Doha, yang menyarankan penarikan pasukan asing pada 1 Mei.
"Tetapi Washington tidak menepati komitmennya, yang menyebabkan dengan situasi saat ini di Afghanistan," ujarnya.
Namun, Delawar mengatakan dia mengharapkan Presiden AS Joe Biden, yang merevisi batas waktu penarikan pasukan menjadi maksimal 31 Agustus, akan menepati janjinya kali ini.
"Adapun hubungan masa depan dengan Washington, Taliban bersedia untuk membangun kembali hubungan dan mulai dari awal," katanya.
Ditanya tentang ribuan penerjemah Afghanistan yang bekerja dengan pasukan AS dan NATO dan sekarang mencari suaka di AS, Delawar menegaskan bahwa Taliban "menjamin mereka dapat tinggal di Afghanistan, menjalani kehidupan normal, mereka tidak akan dirugikan."
Dia juga berjanji bahwa wilayah di bawah kendali Taliban akan aman untuk pengiriman lintas negara dan pekerjaan organisasi kemanusiaan internasional.
“Kami mengimbau kepada seluruh organisasi kemanusiaan internasional untuk tidak berhenti (bekerja) dan terus memberikan misi kemanusiaan mereka di wilayah yang ditentukan,†katanya.
Ketika ditanya tentang bentuk pemerintahan masa depan di Afghanistan, Delawar mengatakan bahwa Taliban menganjurkan untuk Imarah Islam tetapi mereka dapat mereformasinya di masa depan.
Taliban mengunjungi Moskow setelah penarikan AS dari negara yang dilanda perang setelah 20 tahun dan di tengah gelombang kekerasan yang mengkhawatirkan dan pengambilalihan banyak distrik oleh Taliban.
Situasi keamanan yang memburuk telah mendorong Iran dan beberapa negara lain untuk menutup konsulat mereka di provinsi Balkh, Afghanistan utara, dan memindahkan para diplomat ke Kabul.
BERITA TERKAIT: