Menhan AS Kunjungi India, Pengamat: New Delhi Tidak Akan Mau Jadi Embel-embel Washington Seperti Jepang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 20 Maret 2021, 12:23 WIB
Menhan AS Kunjungi India, Pengamat: New Delhi Tidak Akan Mau Jadi Embel-embel Washington Seperti Jepang
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin tiba di Palam Air Force Station, di New Delhi/Net
rmol news logo Kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke India mendapat sorotan dari sejumlah pengamat di China. Mereka mencatat bahwa meskipun India memperdalam kemitraan keamanan dengan AS, negara itu tidak akan menurunkan peringkatnya menjadi pelengkap atau 'embel-embel' Amerika seperti Jepang sejak New Delhi memiliki keinginan untuk otonomi kekuatan besar.

India menjadi negara ketiga yang dikunjungi Lloyd Austin dalam rangkaian perjalanannya, setelah sebelumnya dia mengunjungi Jepang dan Korea Selatan untuk dialog 2+2, seperti  dilaporkan Global Time.

Secara kebetulan, kunjungan tersebut bertepatan dengan pertemuan tingkat tinggi China-AS di Alaska.

Para pengamat mengatakan, kunjungan Austin menunjukkan bahwa AS ingin membujuk India agar bergabung dengan kereta perangnya dalam rencana mengepung China dengan keuntungan peralatan militer dan pembagian intelijen. Namun, saat ini India sendiri sedang berusaha menjadi kekuatan utama secara politik, dan tujuan strategis mereka (AS dan India) tidak sesuai.

Austin tiba di India pada Jumat (19/3) sore dan dijadwalkan untuk bertemu dengan mitranya dari India Rajnath Singh pada hari Sabtu (20/3), menurut laporan media. Austin juga akan berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional India Ajit Doval tentang China dan masalah keamanan regional yang penting termasuk Afghanistan.

Reuters melaporkan, bahwa kedua pihak diperkirakan akan membahas pembelian drone bersenjata dan jet tempur AS oleh India. Mereka juga akan membicarakan rencana pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia oleh India, yang dapat menarik sanksi AS.

Qian Feng, direktur departemen penelitian di National Strategy Institute di Tsinghua University, mengatakan kunjungan awal seorang anggota kabinet baru AS ke India menunjukkan bahwa AS semakin mementingkan India dalam strategi Indo-Pasifiknya, mengutip pertemuan Quad dan perjanjian berbagi intelijen.

Sekretaris kabinet pertama pemerintahan Trump untuk India adalah Menteri Pertahanan Jim Mattis, yang berkunjung pada September 2017, sembilan bulan setelah Donald Trump menjabat.

Namun, Qian menegaskan, India, yang berharap menjadi kekuatan besar secara politik dengan sentimen nasionalis yang kuat, tidak akan menjadi embel-embel AS seperti Jepang atau bertindak sebagai 'penyerang' untuk AS seperti Australia.    

Song Zhongping, seorang ahli militer dan komentator TV, mengatakan bahwa AS ingin India bekerja sama dengannya di Samudra Hindia, sebagai bagian dari strateginya untuk menahan China di laut. Melibatkan Jepang dan Australia memiliki tujuan yang sama di arah lain.

"Namun India, dengan kehadiran yang kuat di Samudra Hindia, tidak ingin tampil sebagai pengikut AS," kata Song.

Song juga mencatat bahwa bersekutu dengan AS dapat sangat membahayakan hubungannya dengan Rusia dan membebani hubungan China-India. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA