Dari laporan
CNA, puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di Myanmar pada Minggu (7/3). Protes terbesar terjadi di Mandalay. Protes yang sama juga dilakukan di Yangon, Kale, dan Dawei.
Hingga berita ini dirilis, belum ada laporan terjadinya kekerasan.
Namun pada Minggu dini hari, warga melaporkan bahwa aparat keamanan melakukan penggerebekan di sejumah distrik di Yangon, untuk mencari para pemimpin protes.
Menurut warga, tentara dan polisi tidak segan melepaskan tembakan. Setidaknya ada tiga orang yang ditangkap di Kotapraja Kyauktada dengan alasan yang tidak jelas.
Menurut seorang anggota parlemen, Sithu Maung, tentara juga mencari pengacara yang bekerja untuk Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), namun tidak menemukannya.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyebut sudah ada lebih dari 1.700 orang yang ditangkap sejak kudeta pada 1 Februari.
"Tahanan dipukul dan ditendang dengan sepatu bot militer, dipukuli dengan tongkat polisi, dan kemudian diseret ke dalam kendaraan polisi," kata AAPP dalam sebuah pernyataan.
"Pasukan keamanan memasuki daerah pemukiman dan mencoba untuk menangkap pengunjuk rasa lebih lanjut, dan menembak ke rumah, menghancurkan banyak," sambungnya.
Protes besar-besaran yang dilakukan oleh warga bertujuan untuk menuntut junta militer melepaskan Aung San Suu Kyi dan tahanan politik lainnya yang ditahan sejak kudeta. Mereka juga mendesak militer mengembalikan kekuasaan pada pemerintah sipil.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: