Aktivis Myanmar Ajak Pemuda Turun Ke Jalan, Buat Tanggal Bersejarah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 22 Februari 2021, 09:54 WIB
Aktivis Myanmar Ajak Pemuda Turun Ke Jalan, Buat Tanggal Bersejarah
Aksi protes menolak kudeta militer di Myanmar/Net
rmol news logo Para aktivis penentang kudeta militer menyerukan warga turun ke jalan-jalan, melakukan mogok dan protes massal pada Senin (22/2).

Salah satunya adalah aktivis muda terkemuka, Maung Saungkha. Ia mendesak para pemuda lainnya untuk keluar rumah dan menggelar protes.

"Mereka yang tidak berani keluar, tinggal di ruma. Saya akan keluar dengan cara apa pun yang saya bisa. Saya akan mengharapkan Generasi Z. Mari bertemu, kawan," ujarnya dalam ungguhan di Facebook pada Minggu malam (21/2).

Dikutip dari Reuters, tanggal menjadi penting di Myanmar, sehingga 22.2.2021 memiliki arti bagi para pengunjuk rasa. Mereka bahkan membandingkannya dengan 8.8.1988 ketika Myanmar dilanda aksi protes anti-militer berdarah.

Para pengunjuk rasa dibuat marah setelah dua di antara mereka meninggal dunia ditembak oleh petugas keamanan dalam aksi protes di Mandalay pada Sabtu (20/2). Seorang polisi juga dinyatakan tewas karena cedera.

Puluhan ribu orang berkumpul di seluruh penjuru negeri pada Minggu. Media milik negara MRTV memperingatkan pengunjuk rasa terhadap tindakan pada hari Senin.

"Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan menderita kehilangan nyawa," imbau media.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Myanmar menyebut pihak berwenang telah menahan diri sepenuhnya. Kementerian juga menegur beberapa negara asing yang dianggapnya telah melakukan campur tangan dalam urusan dalam negeri Myanmar.

Kudeta militer terjadi di Myanmar pada 1 Februari, setelah tentara mengklaim pemilu 8 November 2020 yang dimenangkan partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) penuh kecurangan. Militer kemudian menahan Aung San Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partai.

Asosiasi Bantuan Myanmar untuk Tahanan Politik mengatakan 640 orang telah ditangkap, didakwa atau dijatuhi hukuman sejak kudeta, termasuk mantan anggota pemerintah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA