Setiap harinya sejak perebutan kekuasaan oleh militer pada 1 Februari, ia selalu memberikan informasi terkini situasi di Myanmar melalui Twitter @hannayuri_twt yang memiliki 68 ribu pengikut.
Selain di Twitter, ia juga sempat mengunggah video di YouTube pada pekan lalu untuk meminta dukungan dunia atas upaya warga sipil memprotes kudeta.
Yuri menyebut sejak kudeta oleh militer, kanal televisi, beberapa layanan telepon dan internet dicabut secara nasional.
"Tolong peduli dengan apa yang terjadi di Myanmar sekarang dan dukung kami," ujarnya dalam video tersebut.
Menurut Yuri, militer Myanmar menggunakan senjata untuk menghentikan warga melakukan aksi protes. Mereka kembali mengulangi sejarah kelam junta militer dengan mengklaim terjadi kecurangan pada pemilu yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pada November tahun lalu.
"Kanal televisi nasional berbohong," kata Yuri.
"Mereka berbohong bahwa Myanmar dalam keadaan damai sekarang, dan semua kembali ke normal. Mereka bahkan menggunakan klip video dari 2019 untuk berita televisi kemarin. Kalian dapat melihat buktinya bahwa tidak ada yang memakai masker," jelas dia.
Realitanya, Yuri menambahkan foto-foto aksi protes massa di seluruh negeri, mulai dari Yangon, Myawaddy, Bago, Dawei, Naypyitaw, Pathein, Myingyan, Myeik, Hpakan, hingga Mandalay.
Ia juga menambahkan foto-foto warga yang menjadi korban kekerasan aparat, termasuk terjadi pada anak kecil. Tampak juga peluru di tangan seseorang.
"Di Myanmar, tentara dan polisi memaksa masuk ke rumah-rumah warga pada malam hari," ungkapnya.
Menurut Yuri, penggerebekan dilakukan untuk menangkap pejabat pemerintahan, profesor, konsultan, dokter, petugas medis, mahasiswa, dan aktivis yang aktif dalam protes. Karena hal tersebut warga Myanmar tidak dapat tidur pada malam hari.
Alih-alih tidur, warga Myanmar berkumpul di jalan-jalan pada malam hari untuk melindungi satu sama lain.
"Yang kami miliki adalah satu sama lain! Tidak ada polisi dan tentara yang melindungi warga Myanmar," lanjutnya.
Lebih lanjut, Yuri meminta agar situasi di Myanmar yang menurutnya tidak adil, tidak berkeprimanusiaan, dan brutal diketahui oleh dunia.
"Kami tidak ingin kediktatoran! Kami berjuang untuk demokrasi! Yang dapat kami lakukan sekarang adalah meminta tolong dari media sosial," kata Yuri.
"Saya sangat berharap kalian mendengar suara kami dengan lebih peduli pada situasi yang terjadi di Myanmar sekarang. Tolong jangan membutakan diri pada opresi, kekerasan terhadap kemanusiaan yang dialami rakyat Myanmar sekarang," tuturnya.
"Saya berharap dunia menyelamatkan kami," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: