Para penari tersebut diketahui membawakan pertunjukan "Lagu dan Tarian Afrika". Itu adalah kedua kalinya dalam tiga tahun terakhir festival tahunan tersebut menampilkan penari asal China dengna kostum dan riasan wajah gelap.
Program televisi yang berlangsung selama lima jam itu disebut telah ditonton sebanyak 800 juta orang. Tahun ini program tersebut ditujukan untuk menghormati petugas medis dan mereka yang berada di garda terdepan penanganan wabah Covid-19.
Penampilan penari berwajah kulit hitam dilakukan di tengah upaya China untuk mempromosikan pengaruh di benua Afrika. Namun upaya tersebut justru memantik kontroversi.
Di Twitter, grup yang berisi keturunan Afrika yang tinggal di China, Black Livity China menyebut program tersebut sangat mengecewakan. Mereka bahkan mengungkit bagaimana program yang sama pada 2018 menampilkan para pemain dengan riasan wajah berkulit hitam dengan seekor monyet.
“Kami tidak bisa cukup menekankan dampak pemandangan seperti ini terhadap komunitas Afrika dan Afro-diaspora yang tinggal di China,†kata kelompok itu.
China sendiri tengah memperketat aturan pembatasan sosial saat liburan Tahun Baru Imlek. Kuil Buddha dan Daois yang biasanya padat tampak tutup, sementara jalan-jalan di kota besar lengang.
BERITA TERKAIT: