Diketahui bahwa hal itu terjadi setelah sebelumnya Presiden Italia Sergio Mattarella memanggil dan meminta Draghi untuk memimpin kabinet yang sempat kosong menyusul mundurnya Giuseppe Conte. Hal itu terjadi setelah Pemimpin Partai Italia Viva (IV) Matteo Renzi mencabut dukungannya kepada pemerintah.Â
Pakar politik dari Universitas Bologna, Daniela Gianneti dalam sebuah pertemuan secara daring dengan Asosiasi Jurnalis Asing, Stampa Estera di Italia pada Rabu (3/2) mengatakan bahwa keputusan Mattarella sudah sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh konstitusi.
Dia menjelaskan, setelah mundurnya Conte dari kursi perdana menteri, Mattarella dihadapkan pada sejumlah jalan yang dapat dipilih, yaitu pemilu atau mencari pemimpin teknis institusional.
Namun Gianneti menilai bahwa Mattarella tampaknya mengambil jalan untuk memilih pemimpin teknis yang kemudian disanggupi oleh Draghi.
Dalam perspektif konstitusional, kata Gianneti, proses ini merupakan langkah yang sah yang dapat diambil oleh Mattarella sebagai seorang presiden.
Pasalnya, opsi lain, yakni menggelar pemilu, akan sulit dilakukan karena Italia saat ini masih berjuang menghadapi pandemi Covid-19.
Bahkan jika pemilu dilakukan di tengah pandemi, maka akan mungkin membawa keterlambatan kepada kemungkinan datangnya
recovery fund yang dijadwalkan akan cair pada bulan April mendatang.
Karena itulah Gianneti menyebut bahwa Italia tidak bisa membuang waktu lebih lama terutama karena negosiasi bisa menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
“Ini merupakan langkah yang bijak,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: