Pada Selasa (12/1), melalui situs Departemen Luar Negeri, Pompeo menyebut beberapa negara sebagai pusat teror, di antaranya adalah Libya, Yaman, Iran, hingga Bangladesh.
“Bayangkan juga potensi untuk sepenuhnya menjungkirbalikkan tempat-tempat rapuh dengan kehadiran Al Qaeda yang mapan seperti Libya, Yaman, dan Maghreb, atau meningkatkan kekacauan di tempat-tempat seperti Bangladesh, di mana sel-sel al-Qaeda telah melakukan serangan" kata Pompeo.
Tak ayal pernyataan itu langsung dibalas sejumlah kritik dari negara-negara yang bersangkutan, tidak terkecuali Bangladesh.
Kementerian Luar Negeri Bangladesh pada Rabu (13/1) mengecam keras pernyataan Pompeo dengan menyebutnya tidak berdasar.
"Komentar yang tidak bertanggung jawab dari seorang pemimpin senior sangat disayangkan dan tidak dapat diterima. Bangladesh dengan keras menolak pernyataan dan pemalsuan tidak berdasar semacam ini," begitu pernyataan kementerian yang dikutip
Al Jazeera.
Kementerian menyebut, tidak ada bukti kehadiran Al Qaeda di Bangladesh. Terlebih, negara Asia Selatan itu juga mempertahankan kebijakan tanpa toleransi untuk setiap bentuk terorisme dan ekstremisme.
"Rekam jejak kami dalam melawan terorisme telah membuat kami mendapat apresiasi global. Sejalan dengan komitmen kami untuk melawan terorisme, kami telah menjadi bagian dari keempat belas konvensi anti-terorisme internasional dan secara aktif terlibat dengan inisiatif 'pencegahan' internasional untuk melawan terorisme," jelas kementerian.
"Jika klaim semacam itu dapat dibuktikan dengan bukti, Pemerintah Bangladesh akan dengan senang hati mengambil tindakan yang diperlukan terhadap kegiatan tersebut," lanjut kementerian.
Lebih lanjut, kementerian menyayangkan sikap Pompeo yang menodai hubungan Bangladesh dan AS yang bersahabat.
BERITA TERKAIT: