Kantor berita negara,
SANAmelaporkan, ada lebih dari 7.400 tempat pemungutan suara (TPS) yang disediakan di seluruh negeri yang dikuasai oleh pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Ini merupakan pemilu ketiga yang Suriah adakan sejak perang dimulai sembilan tahun lalu.
Totalnya, ada 1.658 kandidat, termasuk beberapa pengusaha terkemuka, yang memperebutkan 250 kursi parlemen. Namun Partai Ba'ath dan sekutu Assad diperkirakan akan mengambil sebagian besar dari jumlah kursi tersebut.
Banyak kandidat memiliki visi untuk mengatasi inflasi dan meningkatkan infrastruktur yang rusak karena konflik. Mengingat sanksi internasional semakin menghancurkan ekonomi.
"Anggota parlemen harus melakukan upaya yang luar biasa untuk meningkatkan layanan," ucap Umaya, seorang wanita berusia 31 tahun yang ikut memberikan suaranya.
Jutaan warga Suriah yang tinggal di luar negeri, setelah melarikan diri dari perang dilaporkan tidak berhak memilih.
Dalam pemilu tahun ini, untuk pertama kalinya, pemungutan suara juga akan dilakukan di wilayah yang diambil kembali oleh pemerintah, termasuk di wilayah Ghouta Timur di luar Damaskus dan di selatan provinsi Idlib di barat laut.
Menurut jajak pendapat dalam pemilu 2016, jumlah pemilih mencapai 57 persen.
Sementara itu, berdasarkan perhitungan Universitas Johns Hopkins, Suriah sudah melaporkan 496 kasus Covid-19 dengan 25 kematian.
BERITA TERKAIT: