Ia adalah Valery Mitko, seorang presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Arktik di St. Petersburg. Ia sudah menjadi tahanan rumah sejak Februari usai pihak berwenang menudingnya melakukan tindak pengkhianatan tingkat tinggi.
Berdasarkan keterangan sebuah sumber kepada kantor berita
Interfax yang dikutip
Reuters, Mitko diduga telah memberikan informasi kepada China mengenai metode yang digunakan Rusia untuk mendeteksi kapal selam.
Namun menurut pengacaranya, Ivan Pavlov, pada Senin (15/6), tudingan tersebut tidaklah berdasar.
Pavlov menjelaskan, sebagai akademisi, Mitko kerap melakukan perjalanan ke China sebanyak dua kali setahun sebagai dosen tamu. Kendati begitu, ia menolak ketika diminta untuk memberikan rahasia negara kepada pihak China.
Dalam setiap perjalanannya ke China, Mitko selalu membawa dokumen, tetapi itu semua berisi informasi akademik dan sumber terbuka. Bukan informasi rahasia.
"Tidak ada rahasia negara di sana sama sekali. Kami menganggap tuduhan ini tidak masuk akal," tegas Pavlov.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada sejumlah ilmuan Rusia diketahui telah ditangkap dan didakwa karena tudingan yang sama, yaitu menyerahkan materi rahasia kepada pihak asing.
BERITA TERKAIT: