Dialog sendiri dilakukan secara virtual pada Minggu (22/3) guna membahas pembebasan tahanan dan beberapa terobosan baru.
Sayangnya, kedua belah pihak masih memiliki perbedaan dalam hal pembebasan tahanan.
Pemerintah Afganistan menginginkan pembebasan bertahap dan bersyarat, sementara Taliban menginginkan pembebasan dalam sekali waktu seperti dalam perjanjian damai yang ditandatangi dengan Amerika Serikat di Doha.
Perbedaan pendapat ini agaknya mengancam kebuntuan dialog damai kedua belah pihak.
Menurut para pejabat, kedua belah pihak melakukan diskusi selama 2 jam melalui Skype yang difasilitasi oleh AS dan Qatar.
"Pembebasan tahanan oleh kedua belah pihak adalah langkah penting dalam proses perdamaian, seperti yang dinyatakan dalam perjanjian AS-Taliban," ujar utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad seperti dimuat
Reuters.
"Semua orang jelas memahami ancaman virus corona membuat pembebasan tahanan jauh lebih mendesak," tambahnya.
Taliban sebelumnya menolak untuk berbicara dengan pemerintah Afghanistan sampai semua tahanan dibebaskan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: