Â
Langkah ini diambil untuk menanggapi serangan bom bunuh diri 14 Februari lalu di Pulwama, Kashmir bagian India yang menewaskan 40 tentara paramiliter.
Â
Bom bunuh diri itu sendiri diklaim oleh kelompok pemberontak bernama Jaish-e-Mohammed yang beroperasi di Pakistan.
Â
Serangan itu adalah yang paling mematikan terhadap tentara India sejak pemberontakan Kashmir dimulai pada 1989.
Â
Serangan itu memicu ketegangan hubungan antara dua negara tetangga itu.
Â
India menuduh Pakistan tidak berbuat cukup banyak untuk mengendalikan gerilyawan ekstrimis yang beroperasi di dalam perbatasannya sementara Pakistan menyangkal keterlibatannya.
Â
Perang kata-kata telah terjadi setelah dan sekarang Menteri Sumber Daya Air India Nitin Gadkari mengatakan negaranya akan memanfaatkan pasokan air dari sungai yang mengalir melalui Kashmir untuk digunakan di negara-negara India.
Â
Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi menilai jika langkah India itu diterapkan, maka akan sama halnya dengan perang.
Â
"Ini adalah tindakan perang dan setelah melihat semua pernyataan para pemimpin India yang tidak bertanggung jawab ini, saya telah menulis surat kepada sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberitahukan kepadanya tentang ancaman India," katanya seperti dimuat
Russia Today (Sabtu, 22/2).
Â
Sekretaris Kementerian Sumber Daya Air Pakistan Khawaja Shumail mengatakan akan mengajukan keberatan dengan keras jika India melanggar Perjanjian Perairan Indus tahun 1960.
Â
Perjanjian itu menjamin aliran tanpa hambatan dari sungai Chenab, Indus dan Jhelum ke Kashmir dan seterusnya ke wilayah Pakistan. Perjanjian itu telah berlangsung meskipun tiga perang antara kedua negara terjadi sejak 1965.
[mel]
BERITA TERKAIT: